Proposal Budidaya Tanaman Bawang Merah
PROPOSAL
BUDIDAYA TANAMAN BAWANG MERAH
Disusun Oleh :
MERI SURANTI
05021281621047
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. Karena atas rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Proposal ini kami buat serapi mungkin dengan tujuan memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai budidaya bawang merah. Mulai dari media tanam, cara pemeliharaan serta proses pemanenan. Bawang merah termasuk kedalam sektor utama hasil pertanian yang mendapati komoditi cukup banyak di Indonesia. Bawang merah yang berkualitas dihasilkan dari pemeliharaan yang baik oleh penanam. Bawang merah memperbanyak diri dengan umbi lapis yakni perkembangbiakan secara vegetatif.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Universitas Sriwijaya, 5 Oktober 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bawang adalah komoditas bumbu yang paling banyak digunakan di Indonesia. Masyarakat Indonesia tidak pernah lepas dari yang namanya bawang, khususnya bawang merah. Bawang merah sering dijadikan berbagai olahan yang banyak digemari masyarakat luas. Seperti bawang goreng, kerupuk bawang, sambal bawang dan masih banyak lagi. Bawang merupakan tanaman yang menghasilkan buah melalui umbi. Layaknya singkong, bawang tumbuh didalam tanah dengan menghasilkan banyak siung dalam satu bongkahan bawang. Bawang sendiri mempunyai aroma yang khas. Namun apabila dikonsumsi terlalu banyak bawang dapat menyebabkan aroma yang tidak sedap.
Rumusan Masalah
Bagaimana ciri fisik bawang merah?
Bagaimana habitat bawang merah?
Bagaimana teknik pembudidayaan bawang merah?
Tujuan
Mengetahui cirri fisik dari bawang merah.
Mengetahui habitat asli bawang merah.
Mengetahui teknik pembudidayaan bawang merah.
BAB II
PEMBAHASAN
Ciri fisik bawang merah
Sama halnya seperti tumbuhan lain, bawang merah mempunyai ciri fisik yang membedakannya dengan tumbuhan lain. Tanaman bawang merah terdiri dari akar, batang, umbi, daun, bunga, buah dan biji. Tanaman ini termasuk tanaman semusim, berumbi lapis, berakar serabut, dan berdaun silindris seperti pipa serta memiliki batang sejati yang bentuknya seperti cakram tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya perakaran dan mata tunas. Bawang merah memperbanyak diri dengan umbi lapis (perkembang biakan secara vegetatif). Bawang merah adalah tanaman semusim yang berbentuk rumput. Cirri morfologi tanaman bawang merah yaitu batangnya sangat pendek dan hampir tidak kelihatan. Akarnya merupakan akar serabut dan memiliki daun tunggal yang banyak. Daun tersebut akan membengkak membentuk umbi lapis. Ada begitu banyak manfaat bawang merah dalam kehidupan manusia, diantaranya adalah menurunkan kadar kolestrol jahat yang berada di dalam tubuh, yakni dengan kandungan senyawa sulfide yang terdapat pada bawang. Kemudian membantu melancarkan perearan darah, menambah nafsu makan, mencegah kanker dan sebagainya. Disamping itu, bawang merah mengandung vitamin B dan vitamin C. Bawang merah mudah ditanam dimana saja, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Suhu yang paling baik dalam penanaman bawang adalah 30 derajat celcius.
Habitat bawang merah
Bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan tempat terbuka dengan penyinaran sekitar 75%, dan hidup di dataran rendah maupun dataran tinggi 0-900 diatas permukaan laut. Dan suhu berkisar antara 25-32 derajat Celcius (Soedarsao,2012).
Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 - 6.5, ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-70 %. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol, dan alluvial, yaitu lempung berpasir atau lempung berdebu dengan PH tanah 5,5-6,5 dan drainase serta aerasi tanah yang baik. Selain itu kondisi tanah pada penanaman bawang merah harus subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik (Soedarsao,2012)
Pembudidayaan bawang merah
Bawang merah atau Allium cepa merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Agar sukses budidaya bawang merah kita dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dan hal lain yang menyebabkan produksi menurun. Cara agar mengatasi masalah-masalah tersebut adalah salah satunya dengan peningkatan produksi bawang merah secara kuantitas, kualitas dan kelestarian (K-3), sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era perdagangan bebas. Cara pembudidayaan bawang merah dimulai dari pengolahan tana sampai pasca panen.
Pengolahan Tanah
Pembuatan bedengan pada lahan 120-180 cm
Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2
Dilukur kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.
Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan.
Pupuk dasar
Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah. Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.
Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 10 botol/1000 m2 dengan cara : alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan. alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan Super Nasa untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
Biarkan selama 5 - 7 hari
Pemilihan Bibit
Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.
Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)
Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)
Fase Tanam
Jarak Tanam
Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron
Cara Tanam
Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air )
Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA
Simpan selama 2 hari sebelum tanam
Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.
Awal Pertumbuhan ( 0 - 10 HST )
Pengamatan Hama
Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan VIREXI.
Ulat tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PESTONA.
Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan GLIO.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang
Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut melem).
Pemupukan pemeliharaan/susulan
Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.
Pemupukan dilakukan 2 kali ( dosis per 1000 m2 ) :
2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl
Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya. Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.
Pengairan
Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %
Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah
Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman.
Fase Vegetatif ( 11- 35 HST )
Pengamatan Hama dan Penyakit
Hama Ulat bawang, S. litura dan S. Exigua
Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan BVR atau PESTONA.
Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif dengan penebaran GLIO.
Penyakit Antraknose atau Otomotis, disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan GLIO
Penyakit oleh virus.
Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan.
Busuk umbi oleh bakteri.
Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.
Busuk umbi/ leher batang oleh jamur.
Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase).
Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan. PESTISIDA Kimia digunakan sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.
Pengelolaan Tanaman
Penyiangan kedua dilakukan pada umur
30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak.
Penyemprotan POC NASA dengan dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah HORMONIK dengan dosis 1-2 tutup/ tangki (dicampurkan dengan NASA).
Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.
Pembentukan Umbi ( 36 - 50HST )
Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.
Pematangan Umbi ( 51- 65 HST )
Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.
Panen dan Pasca Panen
Panen
> 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55 70 hari, dataran tinggi umur 70 - 90 hari.
> Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
> Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)
Pasca Panen
Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang.
Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.Bawang merah (Allium cepa) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Agar sukses budidaya bawang merah kita dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang menyebabkan produksi menurun. Memperhatikan hal tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu penyelesaian permasalahan tersebut. Salah satunya dengan peningkatan produksi bawang merah secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K - 3 ), sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era perdagangan bebas.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tahapan terpenting dalam pembudidayaan bawang merah adalah penyiapan bibit dengan varietas yang unggul.
Komponen utama dalam media tanam adalah penyiapan lahan dengan penggemburan tanah yang baik, penyebaran pupuk yang merata dan pencegahan gulma.
Pemeliharaan bawang merah harus dilakukan secara rutin untuk menghasilkan produksi yang berkualitas.
Bawang merah siap dipanen ketika usia nya telah memasuki 74 hari atau 2,5 bulan
Bawang merah termasuk dalam jenis tumbuhan yang rentan terhadap penyakit tumbuhan. Baik yang berasal dari gulma maupun mikroba-mikroba kecil yang tidak terlihat.
Saran
Sebelum ditanam, bibit bawang dikeringkan terlebih dahulu.
Pemberian pupuk dilakukan secara rutin agar bawang merah dapat tumbuh dengan subur dan terhindar dari berbagai macam penyakit.
Pada saat pemanenan, sebaiknya bawang merah tidak ditempatkan ditempat yang bersuhu tinggi, karena akan menyebabkan turunnya kualitas dari bawang merah.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarsao, 2012. Pembudidayaan Bawang Merah. Bandung : Sinar Biru
Thio,Adhi.2015.Morfologi BawangMerah.(online).Http://www.softilmu.com/2015/morfologi bawang merah.(online). Diakses pada 30 September 2016
BUDIDAYA TANAMAN BAWANG MERAH
Disusun Oleh :
MERI SURANTI
05021281621047
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. Karena atas rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Proposal ini kami buat serapi mungkin dengan tujuan memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai budidaya bawang merah. Mulai dari media tanam, cara pemeliharaan serta proses pemanenan. Bawang merah termasuk kedalam sektor utama hasil pertanian yang mendapati komoditi cukup banyak di Indonesia. Bawang merah yang berkualitas dihasilkan dari pemeliharaan yang baik oleh penanam. Bawang merah memperbanyak diri dengan umbi lapis yakni perkembangbiakan secara vegetatif.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Universitas Sriwijaya, 5 Oktober 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bawang adalah komoditas bumbu yang paling banyak digunakan di Indonesia. Masyarakat Indonesia tidak pernah lepas dari yang namanya bawang, khususnya bawang merah. Bawang merah sering dijadikan berbagai olahan yang banyak digemari masyarakat luas. Seperti bawang goreng, kerupuk bawang, sambal bawang dan masih banyak lagi. Bawang merupakan tanaman yang menghasilkan buah melalui umbi. Layaknya singkong, bawang tumbuh didalam tanah dengan menghasilkan banyak siung dalam satu bongkahan bawang. Bawang sendiri mempunyai aroma yang khas. Namun apabila dikonsumsi terlalu banyak bawang dapat menyebabkan aroma yang tidak sedap.
Rumusan Masalah
Bagaimana ciri fisik bawang merah?
Bagaimana habitat bawang merah?
Bagaimana teknik pembudidayaan bawang merah?
Tujuan
Mengetahui cirri fisik dari bawang merah.
Mengetahui habitat asli bawang merah.
Mengetahui teknik pembudidayaan bawang merah.
BAB II
PEMBAHASAN
Ciri fisik bawang merah
Sama halnya seperti tumbuhan lain, bawang merah mempunyai ciri fisik yang membedakannya dengan tumbuhan lain. Tanaman bawang merah terdiri dari akar, batang, umbi, daun, bunga, buah dan biji. Tanaman ini termasuk tanaman semusim, berumbi lapis, berakar serabut, dan berdaun silindris seperti pipa serta memiliki batang sejati yang bentuknya seperti cakram tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya perakaran dan mata tunas. Bawang merah memperbanyak diri dengan umbi lapis (perkembang biakan secara vegetatif). Bawang merah adalah tanaman semusim yang berbentuk rumput. Cirri morfologi tanaman bawang merah yaitu batangnya sangat pendek dan hampir tidak kelihatan. Akarnya merupakan akar serabut dan memiliki daun tunggal yang banyak. Daun tersebut akan membengkak membentuk umbi lapis. Ada begitu banyak manfaat bawang merah dalam kehidupan manusia, diantaranya adalah menurunkan kadar kolestrol jahat yang berada di dalam tubuh, yakni dengan kandungan senyawa sulfide yang terdapat pada bawang. Kemudian membantu melancarkan perearan darah, menambah nafsu makan, mencegah kanker dan sebagainya. Disamping itu, bawang merah mengandung vitamin B dan vitamin C. Bawang merah mudah ditanam dimana saja, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Suhu yang paling baik dalam penanaman bawang adalah 30 derajat celcius.
Habitat bawang merah
Bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan tempat terbuka dengan penyinaran sekitar 75%, dan hidup di dataran rendah maupun dataran tinggi 0-900 diatas permukaan laut. Dan suhu berkisar antara 25-32 derajat Celcius (Soedarsao,2012).
Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 - 6.5, ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-70 %. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol, dan alluvial, yaitu lempung berpasir atau lempung berdebu dengan PH tanah 5,5-6,5 dan drainase serta aerasi tanah yang baik. Selain itu kondisi tanah pada penanaman bawang merah harus subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik (Soedarsao,2012)
Pembudidayaan bawang merah
Bawang merah atau Allium cepa merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Agar sukses budidaya bawang merah kita dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dan hal lain yang menyebabkan produksi menurun. Cara agar mengatasi masalah-masalah tersebut adalah salah satunya dengan peningkatan produksi bawang merah secara kuantitas, kualitas dan kelestarian (K-3), sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era perdagangan bebas. Cara pembudidayaan bawang merah dimulai dari pengolahan tana sampai pasca panen.
Pengolahan Tanah
Pembuatan bedengan pada lahan 120-180 cm
Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2
Dilukur kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.
Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan.
Pupuk dasar
Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah. Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.
Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 10 botol/1000 m2 dengan cara : alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan. alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan Super Nasa untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
Biarkan selama 5 - 7 hari
Pemilihan Bibit
Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.
Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)
Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)
Fase Tanam
Jarak Tanam
Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron
Cara Tanam
Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air )
Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA
Simpan selama 2 hari sebelum tanam
Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.
Awal Pertumbuhan ( 0 - 10 HST )
Pengamatan Hama
Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan VIREXI.
Ulat tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PESTONA.
Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan GLIO.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang
Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut melem).
Pemupukan pemeliharaan/susulan
Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.
Pemupukan dilakukan 2 kali ( dosis per 1000 m2 ) :
2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl
Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya. Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.
Pengairan
Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %
Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah
Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman.
Fase Vegetatif ( 11- 35 HST )
Pengamatan Hama dan Penyakit
Hama Ulat bawang, S. litura dan S. Exigua
Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan BVR atau PESTONA.
Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif dengan penebaran GLIO.
Penyakit Antraknose atau Otomotis, disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan GLIO
Penyakit oleh virus.
Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan.
Busuk umbi oleh bakteri.
Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.
Busuk umbi/ leher batang oleh jamur.
Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase).
Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan. PESTISIDA Kimia digunakan sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.
Pengelolaan Tanaman
Penyiangan kedua dilakukan pada umur
30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak.
Penyemprotan POC NASA dengan dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah HORMONIK dengan dosis 1-2 tutup/ tangki (dicampurkan dengan NASA).
Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.
Pembentukan Umbi ( 36 - 50HST )
Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.
Pematangan Umbi ( 51- 65 HST )
Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.
Panen dan Pasca Panen
Panen
> 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55 70 hari, dataran tinggi umur 70 - 90 hari.
> Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
> Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)
Pasca Panen
Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang.
Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.Bawang merah (Allium cepa) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Agar sukses budidaya bawang merah kita dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang menyebabkan produksi menurun. Memperhatikan hal tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu penyelesaian permasalahan tersebut. Salah satunya dengan peningkatan produksi bawang merah secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K - 3 ), sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era perdagangan bebas.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tahapan terpenting dalam pembudidayaan bawang merah adalah penyiapan bibit dengan varietas yang unggul.
Komponen utama dalam media tanam adalah penyiapan lahan dengan penggemburan tanah yang baik, penyebaran pupuk yang merata dan pencegahan gulma.
Pemeliharaan bawang merah harus dilakukan secara rutin untuk menghasilkan produksi yang berkualitas.
Bawang merah siap dipanen ketika usia nya telah memasuki 74 hari atau 2,5 bulan
Bawang merah termasuk dalam jenis tumbuhan yang rentan terhadap penyakit tumbuhan. Baik yang berasal dari gulma maupun mikroba-mikroba kecil yang tidak terlihat.
Saran
Sebelum ditanam, bibit bawang dikeringkan terlebih dahulu.
Pemberian pupuk dilakukan secara rutin agar bawang merah dapat tumbuh dengan subur dan terhindar dari berbagai macam penyakit.
Pada saat pemanenan, sebaiknya bawang merah tidak ditempatkan ditempat yang bersuhu tinggi, karena akan menyebabkan turunnya kualitas dari bawang merah.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarsao, 2012. Pembudidayaan Bawang Merah. Bandung : Sinar Biru
Thio,Adhi.2015.Morfologi BawangMerah.(online).Http://www.softilmu.com/2015/morfologi bawang merah.(online). Diakses pada 30 September 2016
sangat membantu
BalasHapusBagus sangat membantu pengembangan petani desa kami
BalasHapus