Budidaya Bawang Merah
PROPOSAL
BUDIDAYA TANAMAN BAWANG
MERAH
Disusun Oleh :
MERI
SURANTI
05021281621047
JURUSAN TEKNOLOGI
PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah,
puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. Karena atas rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Proposal ini
kami buat serapi mungkin dengan tujuan memberikan pengetahuan dan pemahaman
mengenai budidaya bawang merah. Mulai dari media tanam, cara pemeliharaan serta
proses pemanenan. Bawang merah termasuk kedalam sektor utama hasil pertanian
yang mendapati komoditi cukup banyak di Indonesia. Bawang merah yang berkualitas dihasilkan dari
pemeliharaan yang baik oleh penanam. Bawang merah memperbanyak diri dengan umbi
lapis yakni perkembangbiakan secara vegetatif.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Universitas Sriwijaya, 5 Oktober 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Bawang adalah komoditas bumbu yang paling banyak digunakan
di Indonesia. Masyarakat Indonesia tidak pernah lepas dari yang namanya bawang,
khususnya bawang merah. Bawang merah sering dijadikan berbagai olahan yang
banyak digemari masyarakat luas. Seperti bawang goreng, kerupuk bawang, sambal
bawang dan masih banyak lagi. Bawang merupakan tanaman yang menghasilkan buah
melalui umbi. Layaknya singkong, bawang tumbuh didalam tanah dengan
menghasilkan banyak siung dalam satu bongkahan bawang. Bawang sendiri mempunyai
aroma yang khas. Namun apabila dikonsumsi terlalu banyak bawang dapat
menyebabkan aroma yang tidak sedap.
a.
Bagaimana ciri
fisik bawang merah?
b.
Bagaimana
habitat bawang merah?
c.
Bagaimana teknik
pembudidayaan bawang merah?
1.3
Tujuan
a.
Mengetahui cirri
fisik dari bawang merah.
b.
Mengetahui
habitat asli bawang merah.
c.
Mengetahui teknik
pembudidayaan bawang merah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ciri fisik
bawang merah
Sama halnya seperti tumbuhan
lain, bawang merah mempunyai ciri fisik yang membedakannya dengan tumbuhan
lain. Tanaman bawang merah terdiri dari akar, batang, umbi, daun, bunga, buah
dan biji. Tanaman ini termasuk tanaman semusim, berumbi lapis, berakar serabut,
dan berdaun silindris seperti pipa serta memiliki batang sejati yang bentuknya
seperti cakram tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya perakaran dan mata
tunas. Bawang merah memperbanyak diri dengan umbi lapis (perkembang biakan
secara vegetatif). Bawang merah adalah tanaman semusim yang berbentuk rumput.
Cirri morfologi tanaman bawang merah yaitu batangnya sangat pendek dan hampir
tidak kelihatan. Akarnya merupakan akar serabut dan memiliki daun tunggal yang
banyak. Daun tersebut akan membengkak membentuk umbi lapis. Ada begitu banyak
manfaat bawang merah dalam kehidupan manusia, diantaranya adalah menurunkan
kadar kolestrol jahat yang berada di dalam tubuh, yakni dengan kandungan
senyawa sulfide yang terdapat pada bawang. Kemudian membantu melancarkan
perearan darah, menambah nafsu makan, mencegah kanker dan sebagainya. Disamping
itu, bawang merah mengandung vitamin B dan vitamin C. Bawang merah mudah
ditanam dimana saja, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Suhu yang
paling baik dalam penanaman bawang adalah 30 derajat celcius.
2.2 Habitat
bawang merah
Bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang beriklim kering dengan
suhu yang agak panas dan tempat terbuka dengan penyinaran sekitar 75%, dan
hidup di dataran rendah maupun dataran tinggi 0-900 diatas permukaan laut. Dan
suhu berkisar antara 25-32 derajat Celcius (Soedarsao,2012).
Bawang merah dapat tumbuh pada
tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial,
Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 - 6.5, ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-70
%. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah
adalah regosol, grumosol, latosol, dan alluvial, yaitu lempung berpasir atau
lempung berdebu dengan PH tanah 5,5-6,5 dan drainase serta aerasi tanah yang
baik. Selain itu kondisi tanah pada penanaman bawang merah harus subur, gembur
dan banyak mengandung bahan organik (Soedarsao,2012)
2.3 Pembudidayaan
bawang merah
Bawang merah atau Allium
cepa merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Agar sukses budidaya bawang
merah kita dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya
cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dan hal lain yang
menyebabkan produksi menurun. Cara agar
mengatasi masalah-masalah tersebut adalah salah
satunya dengan peningkatan produksi bawang merah secara kuantitas, kualitas dan
kelestarian (K-3), sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era
perdagangan bebas. Cara
pembudidayaan bawang merah dimulai dari pengolahan tana sampai pasca panen.
1.
Pengolahan Tanah
a.
Pembuatan
bedengan pada lahan 120-180 cm
b.
Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis
0,5-1 ton/ 1000 m2
c.
Dilukur kemudian digaru
(biarkan + 1 minggu)
d.
Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran
air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
e.
Apabila pH tanah kurang
dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan
diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.
f.
Untuk mencegah serangan
penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk
kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan.
2.
Pupuk dasar
a.
Berikan pupuk : 2-4 kg
Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk
rata dengan tanah. Atau
jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur
rata dengan tanah di bedengan.
b.
Siramkan pupuk SUPER
NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 10
botol/1000 m2 dengan cara :
alternatif
1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk.
Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram
bedengan. alternatif
2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan Super Nasa untuk
menyiram 5-10 meter bedengan.
c.
Biarkan selama 5 - 7
hari
3.
Pemilihan Bibit
a.
Ukuran umbi bibit yang
optimal adalah 3-4 gram/umbi.
b.
Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3
bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)
c.
Umbi bibit harus sehat,
ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka
(tidak terkelupas atau berkilau)
4.
Fase Tanam
a.
Jarak Tanam
1.
Pada Musim Kemarau, 15
x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
2.
Pada Musim Hujan 20 x
15 cm varietas Tiron
b.
Cara Tanam
1.
Umbi bibit direndam
dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air )
2.
Taburkan GLIO secara
merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA
3.
Simpan selama 2 hari
sebelum tanam
4.
Pada saat tanam,
seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan
tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.
5.
Awal Pertumbuhan
( 0 - 10 HST )
1.
Pengamatan Hama
a.
Waspadai hama Ulat
Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan
ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi
benang-benang putih seperti kapas.
Kelompok
telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan.
Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau VITURA . Biasanya
pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan
ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan
VIREXI.
b.
Ulat tanah . Ulat ini
berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan
rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga
kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot
dengan PESTONA.
c.
Penyakit yang harus
diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan
penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu
dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau
dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan GLIO.
2.
Penyiangan dan
Pembumbunan
a.
Penyiangan pertama
dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau
tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat
penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang
b.
Dilakukan pendangiran,
yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang
merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu
dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari
dasar saluran (di Brebes disebut melem).
c.
Pemupukan
pemeliharaan/susulan
d.
Dosis pemupukan
bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA
dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang,
pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga
dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.
e.
Pemupukan dilakukan 2
kali ( dosis per 1000 m2 ) :
§ 2
minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
§ 4
minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl
§ Campur
secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun
atau garitan tanaman. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya
daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya. Atau jika dipergunakan Pupuk
Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.
f.
Pengairan
§
Pada awal pertumbuhan
dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari
usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk
mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase
tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %
§
Air salinitas tinggi
kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah
§
Tinggi permukaan air
pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan
pertanaman.
6.
Fase Vegetatif ( 11- 35 HST )
a.
Pengamatan Hama dan
Penyakit
b.
Hama Ulat bawang, S.
litura dan S. Exigua
c.
Thrips, mulai menyerang
umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu
rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat
seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan
kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang
hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan
dengan BVR atau PESTONA.
d.
Penyakit Bercak Ungu
atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan
air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran
konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning
serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan
umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada
hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif dengan penebaran
GLIO.
e.
Penyakit Antraknose
atau Otomotis, disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala
serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya
terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah
Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar
dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan GLIO
f.
Penyakit oleh virus.
§ Gejalanya
pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai
serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran
tanaman selain golongan bawang-bawangan.
§ Busuk
umbi oleh bakteri.
§ Umbi
yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan
tempat yang kering.
§ Busuk
umbi/ leher batang oleh jamur.
§ Bagian
yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak
terlalu becek (atur drainase).
§ Untuk
pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain
(bukan golongan Bawang-bawangan. PESTISIDA Kimia digunakan sebagai alternatif
terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.
7.
Pengelolaan Tanaman
a. Penyiangan
kedua dilakukan pada umur
b. 30-35
HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak.
c. Penyemprotan
POC NASA dengan dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari
setelah tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah
HORMONIK dengan dosis 1-2 tutup/ tangki (dicampurkan dengan NASA).
d. Pengairan,
penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan
rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.
8. Pembentukan Umbi ( 36 - 50HST )
Pada fase pengamatan HPT sama
seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air
yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua
kali yaitu pagi dan sore hari.
9. Pematangan Umbi ( 51- 65 HST )
Pada fase ini tidak
begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada
sore hari.
10.
Panen dan Pasca Panen
a. Panen
§ >
60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55 70 hari, dataran tinggi
umur 70 - 90 hari.
§ >
Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
§ >
Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun
diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)
b. Pasca
Panen
§ Penjemuran
dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari
dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran
kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk
mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa
kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air
89 85 % baru disimpan di gudang.
§ Penyimpanan,
ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik,
suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.Bawang merah (Allium
cepa) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh
manusia. Agar sukses budidaya bawang merah kita dihadapkan dengan berbagai
masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara budidaya, serangan hama dan
penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang menyebabkan produksi menurun.
Memperhatikan hal tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu
penyelesaian permasalahan tersebut. Salah satunya dengan peningkatan produksi
bawang merah secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K - 3 ), sehingga
petani dapat berkarya dan berkompetisi di era perdagangan bebas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Tahapan
terpenting dalam pembudidayaan bawang merah adalah penyiapan bibit dengan
varietas yang unggul.
2.
Komponen utama
dalam media tanam adalah penyiapan lahan dengan penggemburan tanah yang baik,
penyebaran pupuk yang merata dan pencegahan gulma.
3.
Pemeliharaan
bawang merah harus dilakukan secara rutin untuk menghasilkan produksi yang
berkualitas.
4.
Bawang merah
siap dipanen ketika usia nya telah memasuki 74 hari atau 2,5 bulan
5.
Bawang merah
termasuk dalam jenis tumbuhan yang rentan terhadap penyakit tumbuhan. Baik yang
berasal dari gulma maupun mikroba-mikroba kecil yang tidak terlihat.
3.2 Saran
1.
Sebelum ditanam,
bibit bawang dikeringkan terlebih dahulu.
2.
Pemberian pupuk
dilakukan secara rutin agar bawang merah dapat tumbuh dengan subur dan
terhindar dari berbagai macam penyakit.
3.
Pada saat
pemanenan, sebaiknya bawang merah tidak ditempatkan ditempat yang bersuhu
tinggi, karena akan menyebabkan turunnya kualitas dari bawang merah.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarsao, 2012. Pembudidayaan Bawang Merah. Bandung :
Sinar Biru
Thio,Adhi.2015.Morfologi BawangMerah.(online).Http://www.softilmu.com/2015/morfologi
bawang merah.(online). Diakses pada 30 September 2016
Komentar
Posting Komentar