Kritik
*KRITIK*
Aku diminta mengkritik..
Padahal aku lebih layak di kritik..
Aku diminta nasihat..
Padahal aku lebih butuh nasihat..
Aku diminta menilai..
Padahal cerminnya tak henti-henti memanggil..
menanti raga untuk rajin berkaca diri..
Kritik..
Apa yang harus ku kritik?
Nilaimu telah bulat sepuluh..
Kau meminta saran dari aku yang bernilai dua?
Sungguh malu aku mendengarnya..
Tak tahu harus sedih atau senang saat ini..
Yang jelas aku tak mampu berkata sekarang..
Kau ingat?
atau kau justru lupa dengan mainan kuncimu yang sering kuhilangkan?
Bahkan jin komunikasi itu hampir masuk ke mangkuk sup..
Tak sedang bercandakah kau sekarang?
Aku tak menyangka kau menanyakannya padaku..
Aku..
Seharusnya aku yang meminta penilaianmu..
Bukan kau..
Tak tahu harus kemana lagi mencari kurangmu..
Sulit..
Kutahu sulit..
Tapi kan kucari meski sulitnya seperti memburu kumbang di ribuan sakura..
Doakan saja musuhmu ini bisa seperti kau..
Seperti kau yang tak bisa marah..
Seperti kau yang selalu tersenyum meski di acuhkan..
Seperti kau yang mencintai hujan..
Seperti kau yang merasa cukup meski disakunya tergeletak logam..
Seperti kau yang selalu siap..
Seperti kau yang tak pernah mengeluh..
Seperti kau yang selalu menganggapku meski ku jauh..
Seperti kau yang slalu berbuat baik meski ku jahil..
Seperti kau yang selalu berbagi meski kekurangan..
Seperti kau, kau dan kau.. Aku ingin seperti kau..
Seperti khadijah yang tegar..
seperti aisyah yang manja..
seperti mawar, yang terjaga dengan duri..
Maafkan aku yang kadang tak mengerti inginmu..
Maafkan aku yang kadang hanya memikirkan diri..
Maafkan aku yang selalu menyembunyikan senyum..
Tapi percayalah..
Percayalah bahwa ukhuwah ini baik-baik saja..
Percayalah bahwa yang rombeng bukan ukhuwah kita..
Hanya imanku sajalah yang lusuh.. Percayalah bahwa aku bahagia mengenalmu..
Sejak saat itu..
Sejak nalurimu mencumbui batinku..
#M.S Oktober 2017
Aku diminta mengkritik..
Padahal aku lebih layak di kritik..
Aku diminta nasihat..
Padahal aku lebih butuh nasihat..
Aku diminta menilai..
Padahal cerminnya tak henti-henti memanggil..
menanti raga untuk rajin berkaca diri..
Kritik..
Apa yang harus ku kritik?
Nilaimu telah bulat sepuluh..
Kau meminta saran dari aku yang bernilai dua?
Sungguh malu aku mendengarnya..
Tak tahu harus sedih atau senang saat ini..
Yang jelas aku tak mampu berkata sekarang..
Kau ingat?
atau kau justru lupa dengan mainan kuncimu yang sering kuhilangkan?
Bahkan jin komunikasi itu hampir masuk ke mangkuk sup..
Tak sedang bercandakah kau sekarang?
Aku tak menyangka kau menanyakannya padaku..
Aku..
Seharusnya aku yang meminta penilaianmu..
Bukan kau..
Tak tahu harus kemana lagi mencari kurangmu..
Sulit..
Kutahu sulit..
Tapi kan kucari meski sulitnya seperti memburu kumbang di ribuan sakura..
Doakan saja musuhmu ini bisa seperti kau..
Seperti kau yang tak bisa marah..
Seperti kau yang selalu tersenyum meski di acuhkan..
Seperti kau yang mencintai hujan..
Seperti kau yang merasa cukup meski disakunya tergeletak logam..
Seperti kau yang selalu siap..
Seperti kau yang tak pernah mengeluh..
Seperti kau yang selalu menganggapku meski ku jauh..
Seperti kau yang slalu berbuat baik meski ku jahil..
Seperti kau yang selalu berbagi meski kekurangan..
Seperti kau, kau dan kau.. Aku ingin seperti kau..
Seperti khadijah yang tegar..
seperti aisyah yang manja..
seperti mawar, yang terjaga dengan duri..
Maafkan aku yang kadang tak mengerti inginmu..
Maafkan aku yang kadang hanya memikirkan diri..
Maafkan aku yang selalu menyembunyikan senyum..
Tapi percayalah..
Percayalah bahwa ukhuwah ini baik-baik saja..
Percayalah bahwa yang rombeng bukan ukhuwah kita..
Hanya imanku sajalah yang lusuh.. Percayalah bahwa aku bahagia mengenalmu..
Sejak saat itu..
Sejak nalurimu mencumbui batinku..
#M.S Oktober 2017
Komentar
Posting Komentar