Laporan Klimatologi Klasifikasi Awan
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Klimatologi secara luas merupakan ilmu yang mempelajari tentang iklim, sebab dan akibat iklim tersebut. Klimatologi adalah mempelajari segala sesuatu mengenai interaksi antara meteorologi dan faktor-faktor hidrologi pada satu pihak dan pertanian pada pihak lain dalam arti luas. Pengertian klimatologi menurut Kendrow (1957) yakni “Klimatologi lebih menekankan pada deskripsi iklim regional“ Pengertian klimatologi Rumney (1968) mengatakan “Klimatologi adalah ilmu atmosfer” Namun seiring perjalanan waktu, klimatologi dapat didefinisikan juga sebagai keterangan dan penjelasan mengenai peredaran cuaca dan unsur-unsur atmosfer dalam jangka pendek dan jangka panjang serta mempelajari penyebaran dari hasil proses-proses cuaca (misalnya penyebaran suhu udara, curah hujan dan sebagainya) baik harian, bulanan maupun tahunan.
Tujuan Klimatologi yang pada hasil akhirnya dapat digunakan untuk kepentingan penentuan awal musim hujan dan musim kemarau pada suatu daerah tertentu. Berbagai informasi klimatologi diperoleh dengan cara melaksanakan pengamatan secara terus menerus dan teratur, mengumpulkan dan menyebarkan data, pengolahan, dan pada akhirnya menganalisa untuk menentukan pengaruh-pengaruh dari cuaca dan iklim yang telah, sedang maupun untuk memprakirakan cuaca/iklim yang akan berlangsung pada suatu wilayah tertentu. Klimatologi berhubungan dengan teknologi pertanian khususnya pada prodi teknik pertanian. Klimatologi sebagai ilmu dasar dalam penjelasan suhu, cuaca, dan iklim yang sangat berpengaruh pada tanaman yang dibudidayakan oleh orang-orang pertanian. Beberapa alat pengukuran yang sering digunakan dalam klimatologi yaitu klimatologi pertanian yang merupakan cabang ilmu iklim atau cuaca terapan yang mempelajari tentang hubungan antara proses-proses fisik di atmosfer (unsur-unsur cuaca) dan proses pertanian.
Tercakup didalamnya antara lain hubungan antara faktor iklim dengan produksi pertanian. Sasaran yang hendak dicapai oleh klimatologi pertanian ialah untuk memahami dan mengkaji proses-proses yang terjadi pada perubahan lingkungan fisik disekitar organisme pertanian akibat perkembangan organisme tersebut serta dampak perubananya bagi organisme itu sendiri. Unsur-unsur cuaca yang diamati dalam klimatologi pertanian meliputi: radiasi matahari, suhu, kelembaban udara, tekanan udara, evaporasi, angin, awan dan pembentukan hujan. Klimatologi dipelajari juga tentang keadaan atmosfer seperti suhu, cuaca, iklim, awan dan hujan. Pada pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai awan dan hujan. Dimulai dari pembentukan awan dan proses terjadinya hujan. Awan adalah massa yang dapat dilihat dari tetesan air atau kristal beku tergantung di atmosfer di atas permukaan bumi atau permukaan planet lain. Awan juga massa terlihat yang tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan antar bintang dan nebula.
Awan dipelajari dalam ilmu awan atau fisika awan, suatu cabang meteorologi. Di bumi substansi biasanya presipitasi uap air. Dengan bantuan partikel higroskopis udara seperti debu dan garam dari laut, tetesan air kecil terbentuk pada ketinggian rendah dan kristal es pada ketinggian tinggi bila udara didinginkan jadi jenuh oleh konvektif lokal atau lebih besar mengangkat non-konvektif skala. Pada beberapa soal, awan tinggi mungkin sebagian terdiri dari tetesan air superdingin. Tetesan dan kristal biasanya diameternya sekitar 0,01 mm (0,00039 in).
TUJUAN
Mengetahui proses terbentuknya awan
Mengetahui proses terjadinya hujan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
AWAN
Awan merupakan kumpulan gumpalan air yang terdapat di langit luas. Awan dianggap sebagai salah satu sumber air yang dibutuhkan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Definisi awan itu sendiri adalah sekumpulan tetesan air/kristal es didalam atmosfer yang terjadi karena pengembunan/pemadatan uap air yang terdapat dalam udara setelah melampaui keadaaan jenuh. Awan adalah kumpulan titik-titik air atau es yang melayang-layang di udara,terjadi sebagai hasil kondensasi pada latitude yang sangat tinggi oleh adanya penaikkan udara secara vertikal. Awan juga merupakan massa terlihat yang tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan antar bintang dan nebula. Awan dipelajari dalam ilmu awan atau fisika awan, suatu cabang meterologi.
Pada tahun 1894, Komisi Cuaca Internasional membagi bentuk awan menjadi 4 kelompok utama, yaitu awan tinggi, awan sedang, awan rendah, dan awan dengan perkembangan vertikal. Kelompok awan tinggi meliputi : awan Sirrus, Sirostratus dan awan Sirokumulus. Kelompok awan sedang meliputi : Altokumulus dan Altostratus. Kelompok awan rendah meluputi : Stratocumulus, Stratus, Nimbostratus. Kelompok awan vertikal meliputi : Kumulus dan Kumolonimbus. Sedangkan berdasarkan bentuknya awan dibedakan menjadi tiga yakni, awan Kumulus, Stratus dan Sirrus. Awan dapat terbentuk jika terjadi kondensasi uap air diatas permukaan bumi. Proses terbentuknya awan dimulai dari penguapan elemen-elemen air yang berada dipermukaan bumi dan udara. Uap air yang hangat tersebut akan bergerak naik keatas, dan saat uap tersebut naik, uap air mulai menjadi dingin. Hasilnya, uap air tersebut mulai berkondensasi membentuk kembali butiran-butiran air. Kumpulan dari butiran-butiran air dilangit tersebut yang kita kenal sebagai awan. Butiran-butiran air yang makin lama makin membesar akhirnya akan jatuh kembali ke bumi sebagai hujan. Kadangkala, suhu udara yang terlalu dingin membuat butiran-butiran air tersebut membeku membentuk es dan jatuh kembali ke bumi sebagai salju. Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara: apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menyengat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfer lembap. Udara makin lama akan menjadi semakin tepu dengan uap air.
Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik bumi menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan. Jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan awan menghilang. Inilah yang menyebabkan itu awan selalu berubah-ubah bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti menguap dan mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa hujan. Awan merupakan sekumpulan uap air yang naik dari permukaan bumi menuju permukaan atmosfer dan berubah bentuk menjadi air melalui proses Kodensasi. Uap air tersebut dapat menjadi air atau larutan karena mengalami proses pendinginan yang terjadi pada ketinggian atmosfer. Seiring dengan terjadinya pengembunan, uap air melepas energi panas laten ke daerah sekitar sehingga tak heran udara terasa gerah sebelum menjadi proses terjadinya hujan. Kodensasi terjadi melalui beberapa tahapan atau skenario seperti yang pertama jika suhu udara telah mencapai suhu dimana terjadi proses pengembunan tanpa adanya tambahan jumlah uap air, yang kedua jika ada penambahan uap air namun tanpa penambahan panas dan yang ketiga jika kemampuan udara menampung uap air berkurang akibat kenaikan tekanan atau penurunan suhu.
Tahapan proses terbentuknya awan yakni naiknya massa uap air. sebelum terjadinya awan, harus ada syarat dan kondisi seperti naiknya masa udara yang menguap dari permukaan bumi menuju atmosfer dan setelah itu mengalami pendinginan Adiabatik pada ketinggian tertentu. Munculnya awan menjadi salah satu indikator penting yang menunjukan telah terjadi perubahan uap air menjadi titik titk air. Untuk bisa menjadi hujan diperlukan proses pendinginan, adanya inti kodensasi dan volume titik air di awan sudah berada pada titik jenuh. Proses kodensasi berlangsung, setelah kumpulan uap air dari bumi naik pada ketinggian tertentu lantas mengalami proses perubahan bentuk uap air menjadi titik titik air, suhu yang rendah pada daerah yang tinggi mendukung terjadinya kodensasi, indikator yang bisa menujukan telah terjadinya proses pegembunan yakni dengan terbentuknya awan. Jika sudah terdapat awan maka uap air sudah sepenuhnya berubah menjadi titik air.
Terbentuknya titik air, pada daerah tertentu dimana suhu udara sangat rendah, titik titik air tadi dapat berubah menjadi butiran es yang ringan sehingga masih bisa melayang mengkuti arah angin yang membawanya. Jadi faktor yang menentukan hujan adalah proses pengembunan dan pasokan uap air, jika volume uap air yang naik sangat besar dan proses kodensasi berlangsung cepat maka hujan dapat segera terjadi.Perbedaan antara kabut dan awan Sebenarnya sistem pembentukannya sama namun yang membedakan-nya hanyalah ketinggian tempat berlangsungnya kodensasi. Kabut atau frost proses pengembunan terjadi dekat dengan permukaan bumi dan umumnya terjadi pada malam hari dimana mana uap air yang tersebar di suatu tempat dapat langsung berubah menjadi titik air. Namun karena prosesnya terjadi pada malam atau pagi hari uap air tadi tidak mampu naik lebih tinggi lagi sehingga hanya berada di sekitar permukaan bumi dan langsung menguap pada pagi harinya.
HUJAN
Hujan adalah sebuah peristiwa turunnya butir-butir air yang berasal dari langit ke permukaan bumi. Hujan juga merupakan siklus air di planet bumi. Definisi hujan yang lainnya adalah sebuah peristiwa presipitasi (jatuhnya cairan yang berasal dari atmosfer yang berwujud cair maupun beku ke permukaan bumi) berwujud cairan. Hujan membutuhkan keberadaan lapisan atmosfer tebal supaya dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan bumi. Di bumi, hujan adalah proses kondensasi atau perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat. Uap air di atmosfer menjadi butiran-butiran air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba didaratan. Dua proses yang mungkin terjadi secara bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara ataupun penambahan uap-uap air ke udara. Butiran hujan mempunyai ukuran yang berbeda-beda mulai dari yang mirip penekuk (butiran besar) hingga yang butiran kecil.
Proses terjadinya hujan tidak jauh berbeda dengan proses terbentuknya awan. Hanya saja pada proses pembentukan hujan terjadi penjatuhan air ke daratan yang disebabkan oleh gravitasi bumi. Tahapannya adalah saat butiran-butiran air telah menjadi satu dan membentuk sebuah awan, dalam jangka waktu tertentu butiran-butiran tersebut akan jatuh ke daratan yang disebut dengan hujan Jenis-jenis hujan terbagi menjadi empat, yakni : hujan orografis, hujan konveksi, hujan frontal dan hujan buatan. Berdasarkan bentuknya, jenis hujan terdiri dari hujan es, hujan saiju, hujan rintik-rintik, dan hujan asam Hujan dan siklus air saling berkaitan dan merupakan kesatuan. Jadi tidak aka nada kata akhir untuk turunnya hujan ini. Ada siklus air, pasti juga ada hujan. Sebenarnya siklus air dimulai ketika terjadi hujan. Air yang mengalir ke sungai-sungai, laut, dan tempat lainnya akan meguap uap air ditangkap oleh si awan dan disimpan. Saat awan tidak sanggup untuk untuk menahan banyak air yang disimpannya. Air tersebut akan turun kembali ke bumi dengan bergam bentuk seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
BAB 3
PEMBAHASAN
AWAN
Awan adalah kumpulan titik-titik air atau kristal es yang melayang-layang di atmosfer. Awan terjadi sebagai akibat adanya kondensasi. Udara selalu mengandung Menurut persetujuan internasional (dalam usaha penyeragaman), awan dibedakan dalam empat golongan. Golongan awan tinggi. Awan ini tingginya rata-rata yang terendah 6.000 m (± 20.000 ft). Termasuk golongan awan ini adalah :
Cirrus (Ci), yaitu awan yang halus, struktur berserat, seperti bulu burung, sering tersusun sebagai pita yang melengkung, sehingga seolah-olah bertemu pada satu atau dua titik di horison. Awan ini tersusun oleh kristal-kristal es.
Cirostratus (Cs). Awan ini bagaikan kelambu, putih, halus, menutup seluruh angkasa, yang oleh sebab itu berwarna pucat atau kadang-kadang nampak sebagai anyaman tidak teratur. Sering menimbulkan adanya “kalangan” (lingkaran) pada matahari atau bulan.
Cirrocumulus (Cc). Awan ini berbentuk sebagai gerombolan domba, menyebabkan adanya sedikit bayangan atau tidak sama sekali.
Golongan awan sedang. Tinggi awan ini antara 2.000 – 6.000 m (± 6.000 –
20.000 ft). Termasuk kedalam golongan awan ini adalah :
Altrostratus (As). Awan ini berbentuk seperti selendang yang tebal. Pada bagian yang menghadap bulan atau matahari nampak lebih terang. Diantaranya terdapat bentuk-bentuk Cirostratus.
Altocumulus (Ac). Awan ini bagaikan bola-bola yang tebal putih atau pucat dengan bagian-bagian kelabu karena kurang mendapatkan sinar. Bergerombolan atau berlarikan dan sering begitu dekat satu sama lain.
Awan ialah gumpalan uap air yang terapung di atmosfer. Ia kelihatan seperti asap berwarna putih atau kelabu di langit. Awan berwarna disebabkan Sinar matahari adalah kombinasi dari berbagai sinar dengan panjang gelombang (warna) yang berbeda-beda. Butiran air dan es dalam awan membaur secara merata ke berbagai arah seluruh komponen sinar matahari. Pembauran sinar dengan panjang gelombang yang berbeda secara merata itu menghasilkan warna putih. Efek yang diberikan awan terhadap radiasi matahari yang diterima permukaan Bumi sebenarnya kompleks. Tidak sesederhana bahwa ada awan maka suhu udara akan turun. Secara global, sistem perawanan memang berperan untuk menyaring, mengurangi, bahkan mengeliminasi radiasi matahari sama sekali. Tapi, jika matahari tampak mengintip dari awan, misalnya, pendaran radiasi matahari dari awan itu justru akan membuat radiasi matahari meningkat dibanding tidak ada awan sama sekali. Radiasi sinar matahari yang terbaur memang bisa menambah besar atau kecilnya radiasi matahari yang datang. Tergantung tipe awannya. Lapisan awan yang tipis dan awan yang tersebar akan memantulkan sinar matahari yang datang serta meningkatkan pembauran radiasi.
HUJAN
Hujan adalah endapan air di udara yang jatuh dipermukaan bumi. hujan memiliki macam-macam atau jenis-jenis hujan berdasarkan dalam proses terjadinya hujan selalu diawali dengan terbentuknya awan, yaitu perubahan uap air di udara menjadi butir-butir air atau es karena proses kondensasi atau pengembunan. Namun, tidak semua awan mendatangkan hujan meskipun mengandung cukup air. Butir-butir air yang membentuk awan memiliki diameter antara 0,014 mm-0,035 mm, sangat kecil dan ringan sehingga melayang-layang di udara. Berdasarkan teori benturan, butir-butir air di dalam awan berbenturan satu sama lain sehingga menyebabkan butiran-butiran tersebut bersatu bertambah besar dan dapat mencapai diameter 0,5 mm, dan karena gaya beratnya jatuh ke bumi sebagai hujan. Berdasarkan proses terjadinya, jenis hujan terdiri dari hujan orografis, hujan konveksi, hujan frontal, dan hujan buatan.
Hujan Orografis
Peranan topografi terhadap terjadinya hujan amat besar. Angin yang banyak membawa uap air ketika melewati gunung atau pegunungan, mendaki lereng dan makin tinggi udara bergerak ke atas, maka udara tersebut semakin dingin sehingga uap air yang dibawanya mengalami pengembunan atau kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air yang membentuk awan. Pembentukan titik-titik air yang semakin banyak akhirnya menimbulkan hujan pada lereng yang menghadap ke arah datangnya angin tersebut. Angin akan bertiup terus melewati puncak dan menuruni lereng, akan tetapi angin ini tidak lagi membawa uap air, sehingga di lereng yang membelakangi arah datangnya angin tidak turun hujan. Lereng yang membelakangi arah angin tersebut dinamai daerah bayangan hujan.
Hujan Konveksi
Hujan konveksi (zenith) terjadi pada siang hari sehingga disebut hujan tengah hari. Pada siang hari ketika udara cerah, terjadi pemanasan yang tinggi terhadap permukaan bumi. Akibatnya, udara mengembang dan bersama-sama uap air naik secara vertikal ke atas dan proses ini berlangsung sangat cepat. Uap air yang naik ke atas mengalami pendinginan dan berubah menjadi titik-titik air (pengembunan) yang mengakibatkan turunnya hujan. Hujan konveksi biasanya sangat lebat, tetapi berlangsung hanya sebentar dan meliputi wilayah yang sempit.
Hujan Frontal
Front merupakan permukaan yang membatasi dua massa udara yang berbeda temperaturnya satu sama lain. Hujan frontal terjadi berwal dari udara yang lebih hangat menjadi lebih ringan dan cenderung berada di atas udara yang lebih dingin. Udara dingin mengangkat udara yang lebih hangat. Udara yang lebih hangat terangkat kemudian mengembang dan mendingin. Dalam proses pendinginan akan terbentuk titik-titik air, yaitu awan. Setelah titik-titik air itu mengalami kejenuhan, akhirnya jatuh dan terjadilah hujan frontal. Pada umumnya hujan frontal terjadi di daerah lintang sedang di mana udara bergerak dan daerah bertekanan tinggi (kutub) bertemu dengan udara dari zona tekanan rendah, yaitu dan daerah sub tropis.
Hujan Buatan
Perkembangan teknologi di bidang meteorologi, telah memberikan kemampuan kepada manusia untuk membuat hujan buatan. Hujan buatan dilakukan dengan cara menaburkan bahan kimia berupa Argentium lodida atau bahan pendingin seperti es kering ke dalam awan untuk mempercepat proses pembentukan awan. Hujan buatan sering dilakukan pada musim kemarau panjang atau pada kebakaran hutan yang luas, seperti kebakaran hutan yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1997 yang asapnya menyebar sampai ke negara tetangga.
Berdasarkan bentuknya, jenis hujan terdiri dari hujan es, hujan saiju, hujan rintik-rintik, dan hujan asam.
Hujan Es
Hujan es sering juga disebut sebagai hujan batu, yaitu hujan yang disertai dengan butir-butir es yang berjatuhan ke bumi. Hujan es terjadi karena arus udara yang banyak mengandung uap air bergerak secara vertikal mencapai lapisan udara yang sangat tinggi, sehingga suhu udara turun dibawah 0°C. Akibat proses tersebut, maka uap air yang terkandung diudara berubah secara cepat menjadi kristal-kristal es, dan jatuh ke bumi sebagai hujan es. Sebagian dari kristal-kristal es tersebut telah mencair sebelum mencapai permukaan bumi, oleh karena itu hujan es sering diiringi dengan hujan lebat pada siang hari, tetapi berlangsung dalam waktu yang singkat.
Hujan Salju
Salju ialah knistal-kristal es yang halus, terbentuk dan uap air yang mengalami pendinginan sampai dibawah titik beku (0°C). Saiju ini kemudian jatuh ke permukaan bumi, tetapi tidak sempat mencair karena suhu di permukaan bumi sangat dingin, biasanya kurang dari 5°C. Hujan saiju sering terjadi di daerah kutub, di daerah beriklim sedang pada musim dingin dan di puncak-puncak gunung yang tinggi. Di Indonesia, hujan saiju terdapat di puncak Gunung Jayawijaya di Provinsi Papua, karena ketinggiannya telah melewati batas saiju di daerah tropis yaitu lebih dari 4500 meter di atas permukaan laut.
Hujan Rintik-rintik
Hujan rintik-rintik terjadi karena butir butir air yang terdapat di awan sangat kecil, diameternya berukuran diantara 0,2-0,5 mm. Hujan rintik-rintik terjadi dari awan berlapis yang rendah dekat permukaan bumi
Hujan Asam
Di negara-negara industri, seperti Eropa dan Amerika Serikat sering terjadi pencemaran udara karena asap pabrik sehingga menimbulkan hujan asam. Hujan asam ialah hujan yang mengandung endapan asam yang sangat tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan hidup.Kandungan asam dalam udara seperti oksida sulfur dan oksida nitrogen yang berasal dan asap industri atau pabrik, mengalami perubahan kimia di udara dan jatuh ke bumi sebagai hujan asam dalam air hujan, saiju atau kabut, bahkan kadang-kadang \sebagai partikel-partikel kering yang membentuk asam. Hujan asam dapat menyebabkan kerusakan terhadap hutan dan kematian ikan di danau-danau. Ribuan hektare hutan telah rusak di negara-negara Eropa dan Amerika Utara sebagai akibat hujan asam ini. Kerusakan dimulai dengan daun-daun pada dahan dan ranting yang menguning, kemudian gugur mahkota atau pucuknya dan akhirnya mati atau tumbuh kerdil.
BAB 4
PENUTUP
KESIMPULAN
Awan dapat terbentuk jika terjadi kondensasi uap air diatas permukaan bumi.
Awan berasal dari penguapan molekul-molekul air yang berasal dari udara, penguapan air sungai danau waduk dan lain-lain.
Terdapat 3 kelompok awan yakni kelompok awan rendah, awan sedang dan awan tinggi
Hujan adalah sebuah peristiwa turunnya butir-butir air yang berasal dari langit ke permukaan bumi.
Berdasarkan proses terjadinya, jenis hujan terdiri dari hujan orografis, hujan konveksi, hujan frontal, dan hujan buatan.
Berdasarkan bentuknya, jenis hujan terdiri dari hujan es, hujan saiju, hujan rintik-rintik, dan hujan asam.
SARAN
Sebaiknya jadwal praktikum klimatologi dibuat dengan tetap, tidak berubah-ubah. Sehingga para praktikan mudah membuat jadwal atas organisasi yang diikuti.
DAFTAR PUSTAKA
Andri, Intan. E.,2002: Pengaruh Dipole Mode terhadap Curah Hujan di Indonesia,Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca. PT Gramedia, Jakarta
Berkelanjutan di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dahlan, Ahmad. 2007. Asas Hukum Lingkungan di Indonesia, PT Raja GrafindoPersada, Jakarta.
Dumairy., 1992. “Sistem Ekonomika Sumberdaya Air. Pengantar ke Hidrodinamika”. Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Cetakan Ke-2.
Mahmuda, 2007, Hukum Lingkungan dan Pelaksanaan Pembangunan
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Ropelweski, C.F. and M.S. Halpert, 1987: Global and Regional Scale Precipitation Pattern Associated with the El Nino /Southern Oscillation”, 1621-1626. Mon. Wea. Rev
DAFTAR ISI
BAB 1 (PENDAHULUAN)
LATAR BELAKANG 1
TUJUAN 2
BAB 2 (TINJAUAN PUSTAKA)
DEFINISI AWAN 3
DEFINISI HUJAN 6
BAB 3 (PEMBAHASAN)
PEMBAHASAN AWAN 7
PEMBAHASAN HUJAN 8
BAB 4 (PENUTUP)
KESIMPULAN
SARAN
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Klimatologi secara luas merupakan ilmu yang mempelajari tentang iklim, sebab dan akibat iklim tersebut. Klimatologi adalah mempelajari segala sesuatu mengenai interaksi antara meteorologi dan faktor-faktor hidrologi pada satu pihak dan pertanian pada pihak lain dalam arti luas. Pengertian klimatologi menurut Kendrow (1957) yakni “Klimatologi lebih menekankan pada deskripsi iklim regional“ Pengertian klimatologi Rumney (1968) mengatakan “Klimatologi adalah ilmu atmosfer” Namun seiring perjalanan waktu, klimatologi dapat didefinisikan juga sebagai keterangan dan penjelasan mengenai peredaran cuaca dan unsur-unsur atmosfer dalam jangka pendek dan jangka panjang serta mempelajari penyebaran dari hasil proses-proses cuaca (misalnya penyebaran suhu udara, curah hujan dan sebagainya) baik harian, bulanan maupun tahunan.
Tujuan Klimatologi yang pada hasil akhirnya dapat digunakan untuk kepentingan penentuan awal musim hujan dan musim kemarau pada suatu daerah tertentu. Berbagai informasi klimatologi diperoleh dengan cara melaksanakan pengamatan secara terus menerus dan teratur, mengumpulkan dan menyebarkan data, pengolahan, dan pada akhirnya menganalisa untuk menentukan pengaruh-pengaruh dari cuaca dan iklim yang telah, sedang maupun untuk memprakirakan cuaca/iklim yang akan berlangsung pada suatu wilayah tertentu. Klimatologi berhubungan dengan teknologi pertanian khususnya pada prodi teknik pertanian. Klimatologi sebagai ilmu dasar dalam penjelasan suhu, cuaca, dan iklim yang sangat berpengaruh pada tanaman yang dibudidayakan oleh orang-orang pertanian. Beberapa alat pengukuran yang sering digunakan dalam klimatologi yaitu klimatologi pertanian yang merupakan cabang ilmu iklim atau cuaca terapan yang mempelajari tentang hubungan antara proses-proses fisik di atmosfer (unsur-unsur cuaca) dan proses pertanian.
Tercakup didalamnya antara lain hubungan antara faktor iklim dengan produksi pertanian. Sasaran yang hendak dicapai oleh klimatologi pertanian ialah untuk memahami dan mengkaji proses-proses yang terjadi pada perubahan lingkungan fisik disekitar organisme pertanian akibat perkembangan organisme tersebut serta dampak perubananya bagi organisme itu sendiri. Unsur-unsur cuaca yang diamati dalam klimatologi pertanian meliputi: radiasi matahari, suhu, kelembaban udara, tekanan udara, evaporasi, angin, awan dan pembentukan hujan. Klimatologi dipelajari juga tentang keadaan atmosfer seperti suhu, cuaca, iklim, awan dan hujan. Pada pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai awan dan hujan. Dimulai dari pembentukan awan dan proses terjadinya hujan. Awan adalah massa yang dapat dilihat dari tetesan air atau kristal beku tergantung di atmosfer di atas permukaan bumi atau permukaan planet lain. Awan juga massa terlihat yang tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan antar bintang dan nebula.
Awan dipelajari dalam ilmu awan atau fisika awan, suatu cabang meteorologi. Di bumi substansi biasanya presipitasi uap air. Dengan bantuan partikel higroskopis udara seperti debu dan garam dari laut, tetesan air kecil terbentuk pada ketinggian rendah dan kristal es pada ketinggian tinggi bila udara didinginkan jadi jenuh oleh konvektif lokal atau lebih besar mengangkat non-konvektif skala. Pada beberapa soal, awan tinggi mungkin sebagian terdiri dari tetesan air superdingin. Tetesan dan kristal biasanya diameternya sekitar 0,01 mm (0,00039 in).
TUJUAN
Mengetahui proses terbentuknya awan
Mengetahui proses terjadinya hujan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
AWAN
Awan merupakan kumpulan gumpalan air yang terdapat di langit luas. Awan dianggap sebagai salah satu sumber air yang dibutuhkan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Definisi awan itu sendiri adalah sekumpulan tetesan air/kristal es didalam atmosfer yang terjadi karena pengembunan/pemadatan uap air yang terdapat dalam udara setelah melampaui keadaaan jenuh. Awan adalah kumpulan titik-titik air atau es yang melayang-layang di udara,terjadi sebagai hasil kondensasi pada latitude yang sangat tinggi oleh adanya penaikkan udara secara vertikal. Awan juga merupakan massa terlihat yang tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan antar bintang dan nebula. Awan dipelajari dalam ilmu awan atau fisika awan, suatu cabang meterologi.
Pada tahun 1894, Komisi Cuaca Internasional membagi bentuk awan menjadi 4 kelompok utama, yaitu awan tinggi, awan sedang, awan rendah, dan awan dengan perkembangan vertikal. Kelompok awan tinggi meliputi : awan Sirrus, Sirostratus dan awan Sirokumulus. Kelompok awan sedang meliputi : Altokumulus dan Altostratus. Kelompok awan rendah meluputi : Stratocumulus, Stratus, Nimbostratus. Kelompok awan vertikal meliputi : Kumulus dan Kumolonimbus. Sedangkan berdasarkan bentuknya awan dibedakan menjadi tiga yakni, awan Kumulus, Stratus dan Sirrus. Awan dapat terbentuk jika terjadi kondensasi uap air diatas permukaan bumi. Proses terbentuknya awan dimulai dari penguapan elemen-elemen air yang berada dipermukaan bumi dan udara. Uap air yang hangat tersebut akan bergerak naik keatas, dan saat uap tersebut naik, uap air mulai menjadi dingin. Hasilnya, uap air tersebut mulai berkondensasi membentuk kembali butiran-butiran air. Kumpulan dari butiran-butiran air dilangit tersebut yang kita kenal sebagai awan. Butiran-butiran air yang makin lama makin membesar akhirnya akan jatuh kembali ke bumi sebagai hujan. Kadangkala, suhu udara yang terlalu dingin membuat butiran-butiran air tersebut membeku membentuk es dan jatuh kembali ke bumi sebagai salju. Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara: apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menyengat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfer lembap. Udara makin lama akan menjadi semakin tepu dengan uap air.
Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik bumi menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan. Jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan awan menghilang. Inilah yang menyebabkan itu awan selalu berubah-ubah bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti menguap dan mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa hujan. Awan merupakan sekumpulan uap air yang naik dari permukaan bumi menuju permukaan atmosfer dan berubah bentuk menjadi air melalui proses Kodensasi. Uap air tersebut dapat menjadi air atau larutan karena mengalami proses pendinginan yang terjadi pada ketinggian atmosfer. Seiring dengan terjadinya pengembunan, uap air melepas energi panas laten ke daerah sekitar sehingga tak heran udara terasa gerah sebelum menjadi proses terjadinya hujan. Kodensasi terjadi melalui beberapa tahapan atau skenario seperti yang pertama jika suhu udara telah mencapai suhu dimana terjadi proses pengembunan tanpa adanya tambahan jumlah uap air, yang kedua jika ada penambahan uap air namun tanpa penambahan panas dan yang ketiga jika kemampuan udara menampung uap air berkurang akibat kenaikan tekanan atau penurunan suhu.
Tahapan proses terbentuknya awan yakni naiknya massa uap air. sebelum terjadinya awan, harus ada syarat dan kondisi seperti naiknya masa udara yang menguap dari permukaan bumi menuju atmosfer dan setelah itu mengalami pendinginan Adiabatik pada ketinggian tertentu. Munculnya awan menjadi salah satu indikator penting yang menunjukan telah terjadi perubahan uap air menjadi titik titk air. Untuk bisa menjadi hujan diperlukan proses pendinginan, adanya inti kodensasi dan volume titik air di awan sudah berada pada titik jenuh. Proses kodensasi berlangsung, setelah kumpulan uap air dari bumi naik pada ketinggian tertentu lantas mengalami proses perubahan bentuk uap air menjadi titik titik air, suhu yang rendah pada daerah yang tinggi mendukung terjadinya kodensasi, indikator yang bisa menujukan telah terjadinya proses pegembunan yakni dengan terbentuknya awan. Jika sudah terdapat awan maka uap air sudah sepenuhnya berubah menjadi titik air.
Terbentuknya titik air, pada daerah tertentu dimana suhu udara sangat rendah, titik titik air tadi dapat berubah menjadi butiran es yang ringan sehingga masih bisa melayang mengkuti arah angin yang membawanya. Jadi faktor yang menentukan hujan adalah proses pengembunan dan pasokan uap air, jika volume uap air yang naik sangat besar dan proses kodensasi berlangsung cepat maka hujan dapat segera terjadi.Perbedaan antara kabut dan awan Sebenarnya sistem pembentukannya sama namun yang membedakan-nya hanyalah ketinggian tempat berlangsungnya kodensasi. Kabut atau frost proses pengembunan terjadi dekat dengan permukaan bumi dan umumnya terjadi pada malam hari dimana mana uap air yang tersebar di suatu tempat dapat langsung berubah menjadi titik air. Namun karena prosesnya terjadi pada malam atau pagi hari uap air tadi tidak mampu naik lebih tinggi lagi sehingga hanya berada di sekitar permukaan bumi dan langsung menguap pada pagi harinya.
HUJAN
Hujan adalah sebuah peristiwa turunnya butir-butir air yang berasal dari langit ke permukaan bumi. Hujan juga merupakan siklus air di planet bumi. Definisi hujan yang lainnya adalah sebuah peristiwa presipitasi (jatuhnya cairan yang berasal dari atmosfer yang berwujud cair maupun beku ke permukaan bumi) berwujud cairan. Hujan membutuhkan keberadaan lapisan atmosfer tebal supaya dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan bumi. Di bumi, hujan adalah proses kondensasi atau perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat. Uap air di atmosfer menjadi butiran-butiran air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba didaratan. Dua proses yang mungkin terjadi secara bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara ataupun penambahan uap-uap air ke udara. Butiran hujan mempunyai ukuran yang berbeda-beda mulai dari yang mirip penekuk (butiran besar) hingga yang butiran kecil.
Proses terjadinya hujan tidak jauh berbeda dengan proses terbentuknya awan. Hanya saja pada proses pembentukan hujan terjadi penjatuhan air ke daratan yang disebabkan oleh gravitasi bumi. Tahapannya adalah saat butiran-butiran air telah menjadi satu dan membentuk sebuah awan, dalam jangka waktu tertentu butiran-butiran tersebut akan jatuh ke daratan yang disebut dengan hujan Jenis-jenis hujan terbagi menjadi empat, yakni : hujan orografis, hujan konveksi, hujan frontal dan hujan buatan. Berdasarkan bentuknya, jenis hujan terdiri dari hujan es, hujan saiju, hujan rintik-rintik, dan hujan asam Hujan dan siklus air saling berkaitan dan merupakan kesatuan. Jadi tidak aka nada kata akhir untuk turunnya hujan ini. Ada siklus air, pasti juga ada hujan. Sebenarnya siklus air dimulai ketika terjadi hujan. Air yang mengalir ke sungai-sungai, laut, dan tempat lainnya akan meguap uap air ditangkap oleh si awan dan disimpan. Saat awan tidak sanggup untuk untuk menahan banyak air yang disimpannya. Air tersebut akan turun kembali ke bumi dengan bergam bentuk seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
BAB 3
PEMBAHASAN
AWAN
Awan adalah kumpulan titik-titik air atau kristal es yang melayang-layang di atmosfer. Awan terjadi sebagai akibat adanya kondensasi. Udara selalu mengandung Menurut persetujuan internasional (dalam usaha penyeragaman), awan dibedakan dalam empat golongan. Golongan awan tinggi. Awan ini tingginya rata-rata yang terendah 6.000 m (± 20.000 ft). Termasuk golongan awan ini adalah :
Cirrus (Ci), yaitu awan yang halus, struktur berserat, seperti bulu burung, sering tersusun sebagai pita yang melengkung, sehingga seolah-olah bertemu pada satu atau dua titik di horison. Awan ini tersusun oleh kristal-kristal es.
Cirostratus (Cs). Awan ini bagaikan kelambu, putih, halus, menutup seluruh angkasa, yang oleh sebab itu berwarna pucat atau kadang-kadang nampak sebagai anyaman tidak teratur. Sering menimbulkan adanya “kalangan” (lingkaran) pada matahari atau bulan.
Cirrocumulus (Cc). Awan ini berbentuk sebagai gerombolan domba, menyebabkan adanya sedikit bayangan atau tidak sama sekali.
Golongan awan sedang. Tinggi awan ini antara 2.000 – 6.000 m (± 6.000 –
20.000 ft). Termasuk kedalam golongan awan ini adalah :
Altrostratus (As). Awan ini berbentuk seperti selendang yang tebal. Pada bagian yang menghadap bulan atau matahari nampak lebih terang. Diantaranya terdapat bentuk-bentuk Cirostratus.
Altocumulus (Ac). Awan ini bagaikan bola-bola yang tebal putih atau pucat dengan bagian-bagian kelabu karena kurang mendapatkan sinar. Bergerombolan atau berlarikan dan sering begitu dekat satu sama lain.
Awan ialah gumpalan uap air yang terapung di atmosfer. Ia kelihatan seperti asap berwarna putih atau kelabu di langit. Awan berwarna disebabkan Sinar matahari adalah kombinasi dari berbagai sinar dengan panjang gelombang (warna) yang berbeda-beda. Butiran air dan es dalam awan membaur secara merata ke berbagai arah seluruh komponen sinar matahari. Pembauran sinar dengan panjang gelombang yang berbeda secara merata itu menghasilkan warna putih. Efek yang diberikan awan terhadap radiasi matahari yang diterima permukaan Bumi sebenarnya kompleks. Tidak sesederhana bahwa ada awan maka suhu udara akan turun. Secara global, sistem perawanan memang berperan untuk menyaring, mengurangi, bahkan mengeliminasi radiasi matahari sama sekali. Tapi, jika matahari tampak mengintip dari awan, misalnya, pendaran radiasi matahari dari awan itu justru akan membuat radiasi matahari meningkat dibanding tidak ada awan sama sekali. Radiasi sinar matahari yang terbaur memang bisa menambah besar atau kecilnya radiasi matahari yang datang. Tergantung tipe awannya. Lapisan awan yang tipis dan awan yang tersebar akan memantulkan sinar matahari yang datang serta meningkatkan pembauran radiasi.
HUJAN
Hujan adalah endapan air di udara yang jatuh dipermukaan bumi. hujan memiliki macam-macam atau jenis-jenis hujan berdasarkan dalam proses terjadinya hujan selalu diawali dengan terbentuknya awan, yaitu perubahan uap air di udara menjadi butir-butir air atau es karena proses kondensasi atau pengembunan. Namun, tidak semua awan mendatangkan hujan meskipun mengandung cukup air. Butir-butir air yang membentuk awan memiliki diameter antara 0,014 mm-0,035 mm, sangat kecil dan ringan sehingga melayang-layang di udara. Berdasarkan teori benturan, butir-butir air di dalam awan berbenturan satu sama lain sehingga menyebabkan butiran-butiran tersebut bersatu bertambah besar dan dapat mencapai diameter 0,5 mm, dan karena gaya beratnya jatuh ke bumi sebagai hujan. Berdasarkan proses terjadinya, jenis hujan terdiri dari hujan orografis, hujan konveksi, hujan frontal, dan hujan buatan.
Hujan Orografis
Peranan topografi terhadap terjadinya hujan amat besar. Angin yang banyak membawa uap air ketika melewati gunung atau pegunungan, mendaki lereng dan makin tinggi udara bergerak ke atas, maka udara tersebut semakin dingin sehingga uap air yang dibawanya mengalami pengembunan atau kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air yang membentuk awan. Pembentukan titik-titik air yang semakin banyak akhirnya menimbulkan hujan pada lereng yang menghadap ke arah datangnya angin tersebut. Angin akan bertiup terus melewati puncak dan menuruni lereng, akan tetapi angin ini tidak lagi membawa uap air, sehingga di lereng yang membelakangi arah datangnya angin tidak turun hujan. Lereng yang membelakangi arah angin tersebut dinamai daerah bayangan hujan.
Hujan Konveksi
Hujan konveksi (zenith) terjadi pada siang hari sehingga disebut hujan tengah hari. Pada siang hari ketika udara cerah, terjadi pemanasan yang tinggi terhadap permukaan bumi. Akibatnya, udara mengembang dan bersama-sama uap air naik secara vertikal ke atas dan proses ini berlangsung sangat cepat. Uap air yang naik ke atas mengalami pendinginan dan berubah menjadi titik-titik air (pengembunan) yang mengakibatkan turunnya hujan. Hujan konveksi biasanya sangat lebat, tetapi berlangsung hanya sebentar dan meliputi wilayah yang sempit.
Hujan Frontal
Front merupakan permukaan yang membatasi dua massa udara yang berbeda temperaturnya satu sama lain. Hujan frontal terjadi berwal dari udara yang lebih hangat menjadi lebih ringan dan cenderung berada di atas udara yang lebih dingin. Udara dingin mengangkat udara yang lebih hangat. Udara yang lebih hangat terangkat kemudian mengembang dan mendingin. Dalam proses pendinginan akan terbentuk titik-titik air, yaitu awan. Setelah titik-titik air itu mengalami kejenuhan, akhirnya jatuh dan terjadilah hujan frontal. Pada umumnya hujan frontal terjadi di daerah lintang sedang di mana udara bergerak dan daerah bertekanan tinggi (kutub) bertemu dengan udara dari zona tekanan rendah, yaitu dan daerah sub tropis.
Hujan Buatan
Perkembangan teknologi di bidang meteorologi, telah memberikan kemampuan kepada manusia untuk membuat hujan buatan. Hujan buatan dilakukan dengan cara menaburkan bahan kimia berupa Argentium lodida atau bahan pendingin seperti es kering ke dalam awan untuk mempercepat proses pembentukan awan. Hujan buatan sering dilakukan pada musim kemarau panjang atau pada kebakaran hutan yang luas, seperti kebakaran hutan yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1997 yang asapnya menyebar sampai ke negara tetangga.
Berdasarkan bentuknya, jenis hujan terdiri dari hujan es, hujan saiju, hujan rintik-rintik, dan hujan asam.
Hujan Es
Hujan es sering juga disebut sebagai hujan batu, yaitu hujan yang disertai dengan butir-butir es yang berjatuhan ke bumi. Hujan es terjadi karena arus udara yang banyak mengandung uap air bergerak secara vertikal mencapai lapisan udara yang sangat tinggi, sehingga suhu udara turun dibawah 0°C. Akibat proses tersebut, maka uap air yang terkandung diudara berubah secara cepat menjadi kristal-kristal es, dan jatuh ke bumi sebagai hujan es. Sebagian dari kristal-kristal es tersebut telah mencair sebelum mencapai permukaan bumi, oleh karena itu hujan es sering diiringi dengan hujan lebat pada siang hari, tetapi berlangsung dalam waktu yang singkat.
Hujan Salju
Salju ialah knistal-kristal es yang halus, terbentuk dan uap air yang mengalami pendinginan sampai dibawah titik beku (0°C). Saiju ini kemudian jatuh ke permukaan bumi, tetapi tidak sempat mencair karena suhu di permukaan bumi sangat dingin, biasanya kurang dari 5°C. Hujan saiju sering terjadi di daerah kutub, di daerah beriklim sedang pada musim dingin dan di puncak-puncak gunung yang tinggi. Di Indonesia, hujan saiju terdapat di puncak Gunung Jayawijaya di Provinsi Papua, karena ketinggiannya telah melewati batas saiju di daerah tropis yaitu lebih dari 4500 meter di atas permukaan laut.
Hujan Rintik-rintik
Hujan rintik-rintik terjadi karena butir butir air yang terdapat di awan sangat kecil, diameternya berukuran diantara 0,2-0,5 mm. Hujan rintik-rintik terjadi dari awan berlapis yang rendah dekat permukaan bumi
Hujan Asam
Di negara-negara industri, seperti Eropa dan Amerika Serikat sering terjadi pencemaran udara karena asap pabrik sehingga menimbulkan hujan asam. Hujan asam ialah hujan yang mengandung endapan asam yang sangat tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan hidup.Kandungan asam dalam udara seperti oksida sulfur dan oksida nitrogen yang berasal dan asap industri atau pabrik, mengalami perubahan kimia di udara dan jatuh ke bumi sebagai hujan asam dalam air hujan, saiju atau kabut, bahkan kadang-kadang \sebagai partikel-partikel kering yang membentuk asam. Hujan asam dapat menyebabkan kerusakan terhadap hutan dan kematian ikan di danau-danau. Ribuan hektare hutan telah rusak di negara-negara Eropa dan Amerika Utara sebagai akibat hujan asam ini. Kerusakan dimulai dengan daun-daun pada dahan dan ranting yang menguning, kemudian gugur mahkota atau pucuknya dan akhirnya mati atau tumbuh kerdil.
BAB 4
PENUTUP
KESIMPULAN
Awan dapat terbentuk jika terjadi kondensasi uap air diatas permukaan bumi.
Awan berasal dari penguapan molekul-molekul air yang berasal dari udara, penguapan air sungai danau waduk dan lain-lain.
Terdapat 3 kelompok awan yakni kelompok awan rendah, awan sedang dan awan tinggi
Hujan adalah sebuah peristiwa turunnya butir-butir air yang berasal dari langit ke permukaan bumi.
Berdasarkan proses terjadinya, jenis hujan terdiri dari hujan orografis, hujan konveksi, hujan frontal, dan hujan buatan.
Berdasarkan bentuknya, jenis hujan terdiri dari hujan es, hujan saiju, hujan rintik-rintik, dan hujan asam.
SARAN
Sebaiknya jadwal praktikum klimatologi dibuat dengan tetap, tidak berubah-ubah. Sehingga para praktikan mudah membuat jadwal atas organisasi yang diikuti.
DAFTAR PUSTAKA
Andri, Intan. E.,2002: Pengaruh Dipole Mode terhadap Curah Hujan di Indonesia,Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca. PT Gramedia, Jakarta
Berkelanjutan di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dahlan, Ahmad. 2007. Asas Hukum Lingkungan di Indonesia, PT Raja GrafindoPersada, Jakarta.
Dumairy., 1992. “Sistem Ekonomika Sumberdaya Air. Pengantar ke Hidrodinamika”. Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Cetakan Ke-2.
Mahmuda, 2007, Hukum Lingkungan dan Pelaksanaan Pembangunan
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Ropelweski, C.F. and M.S. Halpert, 1987: Global and Regional Scale Precipitation Pattern Associated with the El Nino /Southern Oscillation”, 1621-1626. Mon. Wea. Rev
DAFTAR ISI
BAB 1 (PENDAHULUAN)
LATAR BELAKANG 1
TUJUAN 2
BAB 2 (TINJAUAN PUSTAKA)
DEFINISI AWAN 3
DEFINISI HUJAN 6
BAB 3 (PEMBAHASAN)
PEMBAHASAN AWAN 7
PEMBAHASAN HUJAN 8
BAB 4 (PENUTUP)
KESIMPULAN
SARAN
Komentar
Posting Komentar